Header Ads

Belajar Keseriusan dari Perjuangan Randy Merintis di Sruput

APAKAH pernah merasakan lelahnya berjualan kopi di pinggir jalan menggunakan gerobak hingga kaki bengkak? Bahkan jika hujan turun, dagangan terpaksa diberikan gratis. Itulah sedikit dari banyak cerita yang dialami Randy Rahadian, merintis kedai Sruput on The Road yang kini bertransformasi menjadi di Sruput. Dari hanya dikelola berdua, hingga mampu membuka lapangan kerja.


Randy Rahadian | foto: @di.sruput_
Rasa-rasanya jika belum merasakan hal seperti itu, jangan dulu mengeluh kala merintis usaha. Setidaknya semangat ini bisa diambil dari perjuangan Randy dalam merintis kedai di Sruput hingga saat ini. Ia memulainya dengan sederhana di tahun 2015 dan bertahan hingga hari ini.

Kepada Hudes.id, Randy mau saja meluangkan waktu untuk diwawancarai di tengah kesibukannya. "Awalnya itu kami ingin belajar dagang, lalu memilih berjualan kopi, karena saat itu di Banjarbaru industri kopi masih belum seramai sekarang," tuturnya.

Gerobak awal Sruput on The Road | foto: @di.sruput_
Dengan gerobak kecil yang dicicil selama tiga bulan mulailah Randy merintis usaha yang ia beri nama Sruput on The Road. Soal gengsi tidak usah ditanya, lelaki yang satu ini tak terlalu mempedulikan gengsi. Asalkan yang ia jalani benar dan tidak merugikan orang lain. "Mulailah saat itu jualan pakai gerobak di depan kampus ULM, di pinggir jalan," ceritanya dengan bersemangat.

Meja sederhana Sruput on The Road | foto: @di.sruput_
Bagaimana kondisi jualan di pinggir jalan ala pedagang kaki lima janganlah ditanya. Bukan hal mudah tentu saja. Ia pun teringat saat jualan di pinggir jalan itu. Ketika hujan turun, semua persiapan jualan yang sudah disiapkan sejak sore seolah kacau. Namun memang tak ada yang sia-sia. Itu seperti menempa dirinya lebih kuat, hingga sekarang pindah ke ruko agak luas dan tak lagi merasakan kondisi misbar alias gerimis bubar. "Kalau hujan genangan air itu pas di bawah tempat kami jualan, kaki sampai bengkak," kenangnya.

Selama tujuh bulan lamanya berjualan di depan kampus ULM, menu seperti kopi hitam dan ketan susu jadi andalan. "Kami juga mau mengedukasi kopi ke teman-teman. Kami sediakan kopi manual brew dan juga ketan susu. Saat itu tidak banyak yang tau," kata Randy.

Setelah di ULM, Sruput on The Road pun pindah ke samping Pinus Minimarket (tetap di kawasan Banjarbaru). Di 2016 perkembangan kopi mulai semakin meningkat, termasuk di Banjarbaru. Randy pun semakin bersemangat. Jualan ala kaki lima tetap dijalani dengan sabar. Tidak jarang terpaksa harus buka lebih telat, menunggu hujan reda. Itu menjadi semacam cerita yang tak mudah dilupakan.

Pada tahun selanjutnya, pelanggan Sruput on The Road sudah mulai terbentuk. Ekosistem customer sudah mulai bisa diraba, manajemen pun juga kian semakin baik seiring dengan pengalaman jualan. Randy lalu memutuskan untuk pindah ke sebuah ruko di Jalan Pinus. Sebuah ruko yang sebenarnya tidak terlalu di tengah kota, namun punya suasana yang bagus dengan halaman luas. Bisa untuk parkir kendaraan. Karena ada sebuah prinsip yang masih relevan dalam sebuah bisnis kedai: no parkir no bussines. Ya jelas saja, parkir juga hal penting agar pelanggan mau kembali lagi. "Yang penting uang sewa sesuai dengan budget kami," paparnya.

Suasana bar baru di Sruput | foto: @di.sruput_
Di tempat baru, Sruput on The Road semakin berkembang. Untuk memanjakan pelanggan, menu pun disesuaikan. Tak melulu kopi dan ketan susu, tapi juga Indomie, nasi goreng menteng dan menu lain yang enak. "Ketan susu termasuk menu "legend" kami sejak awal hingga sekarang," terang dia.

Di tahun 2020 ini Sruput on The Road pun melalukan branding ulang, dengan nama di Sruput. Terdengar lebih singkat namun mudah diingat dan tidak mengubah ciri khasnya. Ditanya soal keinginan buka cabang, Rendy mengaku belum kepikiran sampai ke sana. Hanya saja ada niatan untuk mengembangkan lini usaha di Sruput. "Entah makanan atau minuman, masih direncanakan," bebernya.

Tak pernah terbayang, lanjutnya, adegan-adegan selama empat tahun terakhir ini dibenaknya. Malah dibeberapa kesempatan ia masih merasakan spechlees bisa sampai pada titik ini, walaupun masih banyak yang harus diperjuangkan.

Menurutnya, memulai usaha bisa dari hal kecil. Menyesuaikan dengan kemampuan. Asalkan punya keseriusan untuk menjalaninya. "Seberapa serius usaha kita, itu penting dalam menjalankan usaha," pesan dia.

Jika memang niatnya serius dan juga dikelola dengan serius, ia yakin apa saja usaha yang dirintis bisa menuju pada titik yang bagus. "Kalau memang punya modal besar juga tidak masalah langsung dengan desain coffeeshop, tapi kalau memang terbatas, bisa saja mulai dengan yang kecil dulu," ujarnya.

Bagaimana? Apakah sobat terinspirasi dengan di Sruput? Mulailah dengan hal kecil, sabar, dan serius, tak lupa berdoa. Semoga menginspirasi ya. (sip)

No comments

close
pop up banner