Header Ads

Brewing Chamber, Kedai Kopi "Pelawan Arus" di Pasar Kesatriaan

PENGALAMAN acapkali menjadi guru yang baik. Melawan arus, bukanlah hal mudah. Namun terkadang dengan melawan arus, kita jadi memiliki pengalaman dan kebijaksanaan. Membuka kedai kopi di kawasan pasar tradisional jelas bukan pilihan bagi banyak pemilik kedai. Namun ini menjadi semacam tantangan yang ingin dipecahkan Andi Anjas Nugraha saat memutuskan membuka kedai kopi di Pasar Kesatriaan, Banjarmasin Timur.


foto: @brewingchamber
Lelaki yang biasa disapa Anjas ini memang dikenal menyukai tantangan. Sejak dulu ia sudah akrab dengan petualangan alam dan menjelajah ke berbagai tempat. Setelah malang melintang di beberapa kedai kopi, Anjas memutuskan untuk membangun sebuah kedai kopi yang kemudian bernama: Brewing Chamber.

Kedai kopi ini memiliki kesan anti mainstream, letaknya yang berada di kawasan pasar tradisional di Jalan Pangeran Hidayatullah membuatnya tampak berbeda. Tapi jangan salah, kedai kopi ini meski minimalis, namun terbuka bagi para "pendekar kopi" yang ingin bertandang.

Saat berbincang dengan Hudes.id, Anjas yang pernah menjadi barista di Office Coffee Roastery  menuturkan, pada awalnya kedai kopinya berdiri dengan nama Manualist, lalu dengan berbagai pertimbangan, diputuskan untuk melakukan branding ulang dengan nama Brewing Chamber. "Itu setelah kami pindah dan bergabung dalam satu wadah dengan kedai pizza kawan kami," tuturnya.

foto: @brewingchamber
Pemilihan tempat menjadi ke pasar, ujarnya, bisa dibilang diluar rencana, karena pada awalnya mereka hanya mencari tempat baru saja untuk pindah. Untuk lokasi tidak jadi masalah, yang jadi pertimbangan utama lebih ke biaya sewanya. "Kami menemukan satu tempat di pasar yang cukup menarik dan biayanya masih cocok untuk warung kecil kami," ujar Anjas.

Setelah itu barulah ide-ide lain bermunculan. Sebuah kedai kopi minimalis 
yang disesuaikan dengan keadaan pasar dan tetap memberi kenyamanan kepada tamu yang datang. "Dibuat senyaman yang kami mampu agar tamu yang datang mengerti bahwa ngopi bisa dimana saja, bahkan di pasar sekalipun," jelas dia.

foto: @brewingchamber
Mengelola kedai kopi di pasar tentulah akan berhadapan dengan beberapa kendala. Anjas dan teman-temannya cukup memutar otak untuk menangani setiap kendala yang muncul, ditambah lagi belum begitu familiar dengan cara kerja berjualan di pasar.

Salah satu yang cukup mengganggu adalah masalah lahan parkir yang ada di sekitar kedai, untuk parkir memang tidak ada masalah hanya saja lahan parkir di sekitar warung juga disewa oleh pedagang-pedagang kami lima yang tak jarang menutupi kedai. 


"Tapi kembali lagi kami pahami bahwa rezeki tidak akan masuk ke pintu yang salah, maka kami pun tetap enjoy menjalaninya," ucapnya optimis.

Tak melulu soal kendala, ada pula hal menyenangkan. Paling menyenangkan menurutnya, ketika pedagang warung lain di pasar mulai dari penjual sate sampai tukang jahit penasaran dengan apa yang mereka jual dan mulai banyak bertanya. Bahkan beberapa tidak sungkan untuk mencoba seperti apa kopi yang mereka jual, dan akhirnya menimbulkan respon yang beragam. 

foto: @brewingchamber
Untuk menu di Brewing Chamber memang sangat dihegemoni oleh kopi. Tentu saja kopi hitam atau kopi seduh manual yang akrab dikenal dengan manual brew menjadi andalan. "Ada juga cafelatte yang untuk saat ini masih dijual yang dingin saja, serta menu kopi dengan campuran soda," papar ia.

Untuk sementara menu memang tidak banyak, karena baru buka sekitar satu
bulan di pasar dan sejak buka memang memutuskan mengurangi menu dan fokus hanya menjual kopi saja.


"Salah satu tujuan kami memang ingin kembali mengaktifkan suasana hangat obrolan di meja bar, berkenalan dengan tamu, saling tukar informasi sembari menyajikan langsung kopi di hadapan tamu. Ditambah ruangan warung yang kecil kami harap dapat mendatangkan suasana keakraban yang lebih intens," harap anak muda yang juga barista di Kawai Kofie ini.


Lalu apa filosofi dari nama Brewing Chamber? Menjawab hal ini, Anjas menjelaskan Brewing chamber secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai ruang untuk menyeduh, walaupun secara umum brewing chamber sendiri memiliki arti tempat penyulingan bir. "Awalnya ingin diberi nama brewing room, namun terdengar terlalu umum lalu diganti lah kata room dengan chamber agar terdengar lebih khas.

Jadi bagaimana, tertarik mengunjungi Brewing Chamber dan merasakan suasana ngopi di pasar? (sip)

No comments

close
pop up banner