Header Ads

Mengungkap Inisiator Dua Event Besar Kopi di Kalsel

MENYELENGGARAKAN dua event besar untuk industri kopi di Kalsel bukanlah perkara mudah. Tidak banyak pelaku industri kopi yang mau bersusah payah menyediakan "panggung" bagi para pecinta kopi untuk berkompetisi. Namun itulah yang dilakukan Andika Dwi Octavianto. Dialah orang di balik dua event besar industri kopi di Kalimantan Selatan. Borneo Brewers Cup 2018 dan Banjarbaru Brewers Cup Championship 2019. 

Bagi anda yang sudah pernah berjibaku dalam dunia event organizer, sudah barang tentu mengetahui bagaimana sulitnya membuat event dengan peserta dari pelbagai penjuru Kalimantan. Bukan hanya memikirkan bagaimana mencari peserta, namun juga soal sponsor dan pendanaan. Perlu fokus dan pengorbanan waktu yang tidak sedikit.  
Andika Dwi Octavianto (foto: instagram)
Kepada Hudes.id, lelaki kelahiran Palangka Raya ini menuturkan pengalamannya mengelola dua event tersebut, hingga sukses dan berjalan lancar. "Borneo Brewers Cup 2018 di Tanjung (Kabupaten Tabalong) merupakan event kopi yang pertama saya," ujar Andika.

Ia sengaja memilih tempat penyelenggaraan di Kota Tanjung, tujuannya adalah membuka lingkaran baru perkopian di Kalsel. Khususnya di kawasan hulu sungai (Banua Anam). Peserta bukan hanya dari Kalsel saja, namun dari berbagai provinsi di Kalimantan. "Alhamdulillah setelah event ini lingkaran orang-orang di industri kopi khususnya di Kalsel semakin meluas. Saat itu kami mendatangkan salah satu judges nasional, pak Sivaraja (owner Amstirdam Coffee Malang) sebagai juri, sekaligus sebagai narasumber," urainya.

Setelah sukses dengan Borneo Brewers Cup 2018, Andika kemudian menyelenggarakan Banjarbaru Coffee Event (BCE) 2019 di Kota Banjarbaru. Ini terinspirasi saat ia melakukan perjalanan selama rentang waktu 2018-2019. 

Ia sempat mengikuti beberapa event kompetisi brewer, seperti di Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Wonosobo. 

Hal tersebut yang mendorong Andika untuk bisa menghadirkan kompetisi serupa di Kalsel. Apalagi menurutnya, saat ini perkembangan industri kopi di Kalsel sedang naik daun, tentu hal tersebut juga mendorong berkembangnya kemampuan para barista. 
"Namun para barista yang memang berkompeten terkendala masalah biaya untuk berangkat ke luar Kalimantan, untuk mengikuti kompetisi," jelas dia.

Andika dan tim di Banjarbaru Coffee Event (BCE) 2019 
Berangkat dari keinginan membantu para barista di Kalsel, muncullah keinginan mengadakan kompetisi kopi seperti yang pernah ia ikuti di luar Kalimantan. Kompetisi brewer yang mengacu pada kompetisi nasional Indonesia Coffee Event. Harapannya agar para barista mampu bersaing di kompetisi kopi nasional nantinya. 
"Saya dibantu para pegiat kopi di Banjarbaru saat itu. Ada lima kedai kopi yang mempunyai andil besar dalam kegiatan ini, yaitu Sruput On The Road, Sabar Menanti Coffee Roaster, Uneed Coffee, Rene Coffee dan  Kopi Gang," sebutnya.
Di event itu ia juga menghadirkan beberapa juri dari luar Kalimantan, salah satu yang sangat menarik perhatian adalah Fakhri Murad, sang juara Indonesia Brewers Cup Championship 2019 dan Rendy "Smith" finalis IBrC 2017 sekaligus co founder Shot Me In The Head (SMITH) Indonesia, serta Ardy Maulana dari Banjarmasin yang pernah menjadi salah satu jawara Indonesian Cup Taster Championship (ICTC) 2017.

Kendala terbesar saat event menurutnya adalah sumber daya manusia yang mau benar-benar bekerja keras agar event berjalan dengan baik dan lancar, serta pendanaan, karena minimnya sponsor yang mau mendukung. "Akan selalu ada hal baru dan experience yang kita dapatkan, dari event, juga menambah teman dan relasi baik di industri kopi maupun lainnya," papar ia.

Apakah akan ada event lagi? Menjawab pertanyaan ini, Andika berencana akan kembali menggelar event. "Insya Allah, dalam waktu dekat fokus mengadakan event kopi di hulu sungai," bebernya.

Saat ini Andika ternyata juga mengelola tiga lini usaha sekaligus di industri kopi. Hero Caffe and Roastery, Teman Hidup Coffee dan Hero Supply. Ia pun ternyata tercatat sebagai seorang ASN di Kota Barabai. Menjadi abdi negara sekaligus wirausaha tentu perlu manajemen waktu yang mumpuni. 

Hero Kaffee and Roastery (foto: andikadwio)
Di tahun 2015 ia menetap di Kota Barabai karena diterima sebagai ASN. Setahun kemudian, jiwa wirausaha Andika rupanya terpanggil. Ia pun membuka sebuah kafe kecil bernama Hero. "Sembari merintis usaha kecil ini, saya juga sering nongkrong bersama teman-teman ke kedai-kedai kopi di Palangkaraya, dari situ awal mula ketertarikan saya pada si kopi hitam ini," tutur lulusan Fakultas Teknik ULM ini.

Di 2016 dan 2017 ia sering berkeliling kedai-kedai kopi di Kalimantan dan Jawa, hingga akhirnya di pertengahan 2017 memberanikan diri menambah menu kopi hitam ini di kafe yang ia bangun. "Dari sini saya benar-benar serius memperdalam semua hal tentang kopi dan industrinya sendiri, karena dari kopi ini saya memiliki banyak teman dan relasi walaupun sekarang menetap di Barabai," ujarnya.
Teman Hidup Coffee di Barabai (foto: instagram)
Saat ini nongkrong di kedai kopi, lanjutnya, sangat digemari baik laki-laki, wanita, tua atau pun muda. Trend tersebut tentu menjadi peluang yang sangat baik bagi para pemilik kedai kopi dan juga sekaligus tantangan bagi dirinya. Industri kopi di Indonesia dirasanya memiliki potensi untuk terus berkembang dan masih sangat terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin serius menekuninya. 


"Dari kedai kopi ini pula saya bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, khususnya di Barabai," kata ia.

Tentu tidak mudah mengelola tiga lini usaha disamping kesibukannya sebagai PNS. Namun hal tersebut sudah menjadi passion Andika, sehingga ia sangat menikmati menjalaninya. Dengan mengelola dua kedai plus satu pemasok beans dan alat kopi tentunya menjadi hal yang sangat menyenangkan Andika di sela-sela pekerjaan sebagai ASN. "Saya bisa bertemu orang-orang baru yang datang ke kedai saya setiap harinya. Hal tersebut tentu sangat mengasyikan. Karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial dan saya sendiri sangat senang bisa berinteraksi dengan orang-orang yang datang ke kedai," ujarnya.

Untuk Hero Supply sendiri merupakan wadah Andika berjualan alat-alat kopi, masih satu atap bersama Hero Kaffe and Roastery. Tujuannya agar teman-teman di kawasan hulu sungai lebih mudah mendapatkan alat kopi dengan harga terjangkau. Ia sendiri pernah merasakan sulitnya mendapatkan alat-alat kopi yang dibutuhkan. "Bahkan di Banjarmasin dan Banjarbaru sekali pun. "Jadi  harus membeli di luar Kalimantan secara online dengan ongkir yang lumayan mahal," kata Andika.

Azhari, barista senior di Barabai saat menyeduh di Teman Hidup (foto: @temanhidup.kamu)
Ia pun mengusahakan keseimbangan dalam pekerjaaannya. Kadang memang ada yang harus dikorbankan. "Namun semua kembali lagi, saat semua itu sudah menjadi passion dan pilihan hidup kita, Insya Allah kita mampu menjalaninya dengan baik," pesannya. (sip)

No comments

close
pop up banner