Header Ads

Jejak Muhammad Aga, Sebelas Tahun Geluti Industri Kopi

MENJADI juara Indonesian Barista Championship 2018 dan mewakili Indonesia di World Barista Championship 2018 membuat Muhammad Aga semakin dikenal dalam industri kopi di Indonesia. Aga juga pernah bermain dalam film Filosofi Kopi pada 2015 lalu. Saat dihubungi Hudes.id, ia pun dengan ramah mempersilakan kami menuliskan perjalanan karirnya sebagai barista, yang ia mulai sejak 2009.


foto: dok. Muhammad Aga
Namun siapa menyangka ternyata Muhammad Aga masuk ke dalam industri kopi dari band indie yang pernah dirintisnya. Setidaknya Aga pernah mempunyai impian menjadi musisi. Menjadi barista adalah salah satu jalan yang ditempuhnya untuk membiayai band indienya tersebut di tahun 2009 lalu. 

Dari semula tidak begitu tertarik dan ngerti mengenai kopi, akhirnya Aga jatuh hati mendalami dunia industri kopi. Baginya semakin lama bekerja sebagai barista, membuat rasa ingin tahunya tentang kopi semakin meningkat.

Pengalaman Aga memang tidak diragukan. Lelaki kelahiran Jakarta, 14 Januari 1991 ini memulai karir barista di beberapa coffeeshop ternama. Itu pula yang membuat kemampuannya semakin bertambah. Sebelum serius di Coffee SMITH, Aga tercatat juga pernah menjadi barista di Mrs Field dan Tanamera Coffee.

Di tahun
 2013, Aga meraih Juara 1 Regional Jakarta untuk kompetisi barista. Kemudian (pada tahun yang sama) di level nasional ia sukses meraih peringkat ke-5. Tahun berikutnya (2014), di nasional, Aga menjadi runner up IBC. Di 2017, ia mendaftar sebagai volunteer dan berangkat ke World Barista Championship 2017 di Korea.

Hingga pada tahun 2018, Aga akhirnya menjadi 1st winner Indonesian Barista Championship 2018. Ia pun mewakili Indonesia di ajang World Barista Championship di Amsterdam, Belanda. 
Selain sering mengikuti kompetisi, Aga juga menyempatkan diri berkeliling Indonesia, melihat potensi kawasan penghasil kopi. Ini membuatnya menjadi akrab dengan petani kopi. Berbagai daerah sudah dikunjunginya, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga bagian timur Nusantara.

Ia pun masuk dalam enam barista terbaik versi buku "Kopi Indonesian Coffee Craft & Culture" yang diterbitan Bekraf pada tahun 2018 karya Andi Haswidi. Belakangan Aga dan teman-temannya juga menggarap Harapan Djaya, co-roasting coffee space pertama di Indonesia. (sip)

foto: mnews

No comments

close
pop up banner