Header Ads

Kopi Sanger dan Klaim Kopi Susu Terenak di Dunia

KONON kopi sanger dari Nanggroe Aceh Darussalam adalah kopi susu terenak di dunia. Sejak dulu orang-orang Aceh memang terkenal memiliki keahlian dalam membuat konsentrat kopi dengan teknik rebus dan saring. Jika orang Eropa mengekstrak kopi dengan mesin espresso, di Aceh, mereka biasa mengekstrak kopi dengan merebusnya cukup lama dan disaring berkali-kali.

Dalam sebuah podcast oleh Toni Wahid, penulis pernah mendengar seorang Q Grader sekaligus Q Esensial dan Processor menyebut, kopi sanger adalah kopi susu terenak di dunia. Ini merupakan sebuah warisan budaya dan kekhasan yang dimiliki oleh Indonesia.

Setidaknya kopi Sanger, boleh dibilang tidak kalah dengan kopi lain di belahan dunia lain. Seperti kopi Vietnam, Cappucino, Cuban, hingga yang lagi hits di Korea, yaitu, Dalgona.

Di balik nama sanger yang kian sohor, mengutip dari Kompas ternyata ada cerita menarik. Kedai kopi Solong Coffee Ulee Kareng, Banda Aceh merupakan tempat cikal bakal nama sanger muncul.

Sekitar tahun 1983-an kedai kopi milik Nawawi merupakan salah satu tempat berkumpul anak muda Aceh. Saat itu kopi susu tengah naik daun, namun harganya relatif mahal.

“Mereka kan anak-anak kuliah, enggak sanggup kalau (harga) segitu, tapi masih ingin menikmati kopi susu,” kata Nawawi.

Akhirnya para penggemar kopi itu mencari agar bisa menikmati kopi susu dengan harga ‘mahasiswa’. Dibuatlah kopi susu (biasanya susu kental manis) dengan racikan susu yang dikurangi.

“Mereka lantas sebut itu kopi sanger, artinya 'sama-sama ngerti'. Kalau harga kopi susu dulu Rp 1.000, nah kopi sanger itu Rp 700, jadi sama-sama ngerti kantong anak muda saat itu,” cerita Nawawi.

Sejak saat itu, nama kopi sanger mulai merebak. Dia menyebut hampir di setiap kedai kopi mencantumkan menu tersebut. Namun dia memastikan kopi sanger di kedai kopinya masih jadi favorit.

Sejarah Kopi di Tanah Rencong

Hadirnya kopi di tanah rencong tidak terlepas dari peran Belanda yang kala itu masih menguasai Indonesia. Sebelum kopi dibudidayakan pada abad ke-20 secara besar-besaran, bangsawan Belanda membawa kopi pada abad ke-17 untuk dikembangkan di beberapa daerah di Jawa. Selanjutnya, kopi juga dikembangkan di kawasan Aceh yang memiliki dataran tinggi cukup banyak.

Dari data budaya.co, perkebunan kopi di Tanah Gayo pertama kali dilakukan pada tahun 1904 oleh belanda. Mereka membawa bibit kopi jenis arabika lalu ditanam di kawasan dengan ketinggian 1.000-1.700 meter di atas permukaan air laut. Sebelum kopi di bawa ke sini, Belanda terlebih dahulu membuat perkebunan teh dan lada.

Selama beberapa tahun hingga 1918, Belanda telah membuka 100 hektare lahan kopi di kawasan Gayo. Mereka berhasil membuat komoditas unggul dan menggusur peran lada dan teh yang sebelumnya diunggulkan. Kopi Aceh Gayo akhirnya dijual ke warga Belanda yang ada di Indonesia dan beberapa dikirim ke Eropa.

Melihat perkembangan kopi yang dikelola Belanda terus maju, penduduk lokal akhirnya mengikuti jejak. Sejak tahun 1920-1930 ada banyak desa yang membuka perkebunan kopi dengan produksi yang melimpah. Kala itu, desa yang paling banyak menghasilkan biji kopi terbaik adalah Belang Gale, Paya Sawi, Atu Gajah, dan Pantan Peseng.

Merawat Tradisi Kopi Saring

Seorang barista yang ada di warung kedai kopi, masyarakat aceh biasa memanggilnya dengan sebutan cutbangcutlemdekgam yang merupakan seseorang yang mengangkat lengannya setinggi mungkin seraya menahan saringan kopi yang berbentuk segitiga lancip ke bawah, sebuah saringan yang terbuat dari kain mengerucut ke bawah (sadakoffie).

Seorang Q-Grader dari Aceh mengungkapkan bahwa “kopi aceh itu kopi saring, jangan sampai hilang, itu kopi tradisional kita”. Banyak kedai kopi yang bertebaran di Aceh hingga sampai ke pelosok aceh karena masyarakat Aceh sendiri tidak dapa dipisahkan dari kopi. Bahkan penikmat kopinya tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, maupun keadaan ekonomi, semuanya berbaur dalam satu tradisi tanpa adanya sekat-sekat pemisah diatara para penikmat kopi di daerah tersebut dan tak jarang melakukan kontak sosial di warung kopi. sehingga, warung kopi menjadi destinasi pertama bagi kebanyakan orang Aceh, untuk bersua dengan teman-temannya.

Bisa Coba Dibuat di Rumah

Bahan-bahan
  • 2 sdm biji kopi aceh jenis arabica
  • 5 sdm susu kental manis putih
  • 1 sdm gula pasir
  • 1 gelas air panas harus mendidih
Cara Membuatnya :
  1. Masukkan kedalam cangkir bubuk kopi
  2. Rebus air sampai benar benar mendidih lalu masukkan ke dalam cangkir yang berisi bubuk kopi (semakin sedikit air semakin kental dan semakin nikmat)
  3. Aduk beberapa saat kemudian saring kopi tersebut hingga beberapa kali
  4. Setelah siap disaring masukkan susu sesuai selera lalu kopi siap dinikmati. (sumber: omakue).
foto: infobudaya.net, maharajacoffee

No comments

close
pop up banner