Header Ads

Menyikapi Wabah ala Klinik Kopi

KITA tidak mengetahui, kapan wabah ini akan berakhir. Semua lini terdampak, khususnya bagi bisnis food and beverage (FnB), nyaris di seluruh dunia. Perkembangan industri kopi yang tengah melaju cepat dalam tiga tahun belakangan ini pun, terasa melambat dengan tidak terduga. 

Ketika industri kopi di hilir (kedai, coffee shop) mulai terjadi penurunan order, saat itulah, dampak penurunan juga akan berpengaruh pada lini hulu Industri ini (petani, prosesor). Kita semua tentu berharap dan berdoa agar situasi bisa pulih. 

Ada beberapa tips bagi pelaku industri kopi, khususnya yang menjalankan kedai independen dan coffeeshop. Seperti yang dilakukan oleh Klinik Kopi Yogyakarta.

Dana darurat, menurut Klinik Kopi menjadi hal perlu diperhatikan bagi pemilik kedai. Dengan kondisi begini, sebagai pelaku usaha akan mikir dua kali. "Idealnya, dana darurat nilainya 2-3 kali lipat dari pengeluaran tetap bulanan (tapi, kadang tiap warung beda-beda)," ujar owner Klinik Kopi dalam postingan di akun Instagram resminya.

Selain itu hal darurat yang bisa ditempuh adalah soal “pembayaran gaji karyawan”, ini fixed cost yang cukup besar. Membayar gaji dan bicarakan dengan staff adalah cara terbaik untuk membuat bisnis akan tetep bisa jalan. "Jalan tengahnya, mungkin mengurangi shift bekerja atau bergiliran (gantian) dan yg terburuk adalah merumahkan karyawan (sementara)," katanya.

Kedua, fixed cost terbesar kedua adalah tempat (sewa). Pemilik tempat mungkin tak mau tau, tapi dengan sewa tempat terus jalan, hal yg bisa dilakukan penyewa adalah tetep bekerja tapi tanpa interaksi langsung dengan pembeli. Bisa lewat Gojek, Grab atau pemesanan online (tokopedia, bukalapak).

"Dengan tidak keluar rumah, sebetulnya kita bisa sedikit memutus mata rantai virus ini. Pastikan kebutuhan di rumah/kost terpenuhi, makanan, kopi dan segala yg dibutuhkannya," tambahnya.

Kondisi Saat Ini

Menurut catatan Ketua Bidang Industri, Perdagangan dan ESDM, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Rama Datau, (mengutip dari kumparan) teman-teman pelaku usaha restoran, kedai kopi dan sebagainya sudah mengalami penurunan sales sebesar kurang lebih 30 persen di beberapa hari ini semenjak adanya informasi sudah masuknya virus COVID-19 di Indonesia.
Maka dari itu, pihaknya meminta agar pemerintah memberikan insentif-insentif yang diperlukan dunia usaha seperti F&B ini. Misalnya, pertimbangan penghilangan pajak PB-1 dan juga PPH 21.
"Yang bisa segera dijalankan misalnya menghilangkan pajak PB-1 dan juga PPH 21 untuk gaji karyawan. Mengingat para pelaku usaha di sektor ini adalah para pengusaha muda dan pengusaha pemula yang memang juga mempunyai modal atau cashflow sangat terbatas," kata dia.
foto: sigarwengi


No comments

close
pop up banner