Header Ads

Akrobat Kedai Kopi Hadapi Pandemi, Serius Berinovasi

SEPANJANG tahun 2018 lalu, pesanan minuman kopi melalui aplikasi Gojek mencapai 1,5 juta kali. Hal ini jelas bukan jumlah main-main, dan membuktikan bahwa aplikasi yang melayani jasa antar makanan ini mampu menjadi pendongkrak pertumbuhan bisnis minuman kopi di Indonesia. Namun dalam situasi pandemi seperti sekarang, bagaimanakah perkembangannya?
dok. Gojek.
Melihat Data, Meraba Peluang

Dikutip dari bisnis.commenurut Chairman Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) Syafrudin, hingga akhir 2019 pertumbuhan kedai kopi diprediksi mencapai 15—20 persen dibandingkan 2018 yang hanya mencapai 8-10 persen. Sedangkan kontribusi kedai kopi terhadap serapan kopi produksi dalam negeri diprediksi mencapai 25—30 persen.


Data dari majalah SWA menunjukkan, channel penjualan kedai kopi kini semakin berkembang di 2019. Tidak hanya tersedia di kedai kopi konvensional pinggir jalan, kini kedai kopi juga bisa dijumpai di berbagai pusat perbelanjaan dan mal-mal besar. Bahkan beberapa minimarket saat ini juga mulai menjual produk minuman kopi dengan brand mereka sendiri. Selain itu, berkembangnya tekhnologi juga membuat kedai kopi kini bisa dipesan melalui aplikasi seluler.



grafis: Majalah SWA
Pertumbuhan bisnis ini didukung juga dengan berbagai penawaran kedai kopi yang semakin beragam. Data Nielsen menunjukan bahwa penawaran kedai kopi kini dilakukan melalui beberapa saluran seperti SMS, Grabfood/Gofood, Instagram, Facebook dan media sosial lainnya.


Jumlah kedai kopi di Indonesia di 2019 juga mencapai lebih dari 2.950 gerai, ini artinya nyaris tiga kali lipat tahun 2016 yang berjumlah 1.000-an gerai. Angka ini bisa lebih banyak, jika ditambah dengan gerai kopi independen yang ada di daerah-daerah.
Dari data ini menunjukkan, pertumbuhan industri kopi, terutama pada ranah hilir memang mengalami tren yang baik, setidaknya pada tiga tahun belakangan, terutama di 2019.
Kondisi Sekarang
Di tengah kondisi pandemi seperti sekarang, peta pertumbuhan industri kopi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Kedai yang mengutamakan sajian secara offline jelas paling merasakan dampak dari kondisi ini. Namun bagi gerai-gerai kopi yang sejak awal sudah fokus pada penjualan kopi secara takeaway dan pemesanan melalui aplikasi setidaknya lumayan bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.
Selain itu daya beli masyarakat yang mengalami penurunan juga menjadi salah satu faktor. Namun bukan berarti hal ini tidak bisa disiasati. Dari kondisi ini tentunya bisa menjadi batu loncatan bagi kedai-kedai kopi untuk mulai serius dalam membuat sistem pesan antar kopi. Sehingga tidak terlalu mengandalkan penjualan secara offline.
Selain memodifikasi menu dan promo, cara pembayaran dan pengiriman harus menjadi perhatian serius jika memang benar-benar ingin mempertahankan cashflow. Karena ini akan berdampak pada kesehatan keuangan kedai dan juga para barista yang bekerja di kedai.
Inilah saatnya para owner kedai kopi berpikir secara aktraktif untuk membuat inovasi produk kopi dan pengiriman yang efisien dan hemat. Karena bagaimanapun juga, ceruk pembeli akan tetap ada pada kondisi ini. 


Mereka yang work from home (WFH) jelas menjadi target yang harus diservice secara serius. Semua lini media sosial harus dimaksimalkan, inilah saatnya lebih serius dan fokus dalam promosi. Pertarungan pesan antar kopi sedang sengit-sengitnya, sehingga juga harus benar-benar maksimal.
Serius Mengulik Pesan Antar
Berdasarkan data dari Marketeers, pembayaran non-tunai terus menjadi pilihan bagi masyarakat yang sedang melakukan self-quarantine“Dua bulan terakhir ini, dari bulan Januari hingga Februari 2020, kami mengalami peningkatan transaksi yang cukup pesat,” ujar Chief Revenue Officer Cashlez, Tan Leny Yonathan.

Cashlez mengklaim jika mereka mengalami pertumbuhan jumlah transaksi non-tunai lebih dari tiga kali lipat diikuti dengan pertumbuhan average growth GTV (gross transaction value) sebesar 194,3% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. 

“Pembayaran non-tunai menggunakan dompet elektronik mencatat pertumbuhan jumlah transaksi tertinggi sebesar hampir 400% diikuti dengan pembayaran menggunakan kartu dan Cashlez-Link,” tambah Tan Leny.
Perusahaan ini melihat adanya peningkatan dalam penggunaan transaksi non-tunai. 

Apalagi adanya anjuran dari pemerintah untuk melakukan physical distancing dan work from home. Beberapa orang pun telah memilih untuk menghindari transaksi dengan yang tunai. “Transasi yang sebelumnya dilakukan dengan kontak langsung menggunakan uang tunai, kini dilakukan secara non tunai demi mencegah penularan virus corona,” tutupnya.
Dengan melihat beberapa data di atas, kita bisa meraba-raba. Orang-orang akan mengurangi pembelian secara tunai, lalu pembelian secara online juga terjadi peningkatan. Kedai-kedai kopi harus jeli melihat peluang ini, dengan terus berinovasi dengan produk yang tidak biasa. Ingatlah fenomena Dalgona yang viral. 
Pembeli memerlukan sesuatu yang berbeda dan juga sekaligus menghibur dirinya di tengah kebosanan masa pandemi. Oleh karena itu diperlukan menu yang agak atraktif dan berkualitas. Sehingga mereka merasakan pengalaman baru dalam membeli produk kopi secara online ini. Sekarang saatnya sangat serius dalam layanan pesan antar ke pelanggan. Sekarang pula pelaku industri kopi serius dalam mengembangkan penjualan kopi secara daring/online.
Mari Berinovasi
Dalam sebuah wawancara bersama Tirto.id, Adi Taroepratjeka, seorang instruktur Q Grader pernah mengatakan, "sebetulnya kopi gaul atau enggak gaul itu sama saja. Tapi, trennya kopi ini disebut gaul, kopi susu kekinian. Problemnya dia punya masa jenuh dan membutuhkan waktu untuk berkembang lagi. Dari dulu kan kopi susu juga enggak hilang. Jadi perkara grafik. Ada yang naik, ada yang turun. Jadi, kalau suatu saat nanti tren ini turun, pasti ada lagi tren kopi yang naik. Entah apa," ujarnya.
foto: passionmedia
Jangan pernah berpikir hanya mengandalkan kopi susu saja. Ya, memang benar, itu memang penting untuk menjaga pemasukan, namun coba lagi mengeksplor menu-menu yang menarik, sehingga bisa menjadi trend baru. (sip/hudes)


No comments

close
pop up banner