Header Ads

Jamu New Wave, Seduh Jamu Pakai Alat Kopi

foto: @acaraki.jamu
JAMU adalah warisan budaya dan kearifan lokal dari leluhur bangsa Indonesia. Di saat popularitas yang kian menurun, kini jamu seolah kembali menemukan momentumnya. Pandemi menjadi milestone bagi jamu kembali diminati oleh penduduk +628 yang berjumlah ratusan juta ini. Namun ada yang unik, kini jamu masuk dalam gelombang terbaru, pola penyeduhan dan marketing yang kian berbeda.

Seperti kopi, setelah masuk pada era kopi bubuk dan kopi komersil, kopi masuk pada era di mana penyeduh dan penikmat kopi mulai tidak ingin menyeruput kopi "biasa-biasa" saja. Mereka ingin tau kopi ini ditanam di mana, varietas, flavor notes, hingga menyeduh dengan cara apa. Tak sekadar menuangkan air panas ke atas kopi bubuk yang yang sudah dimasukkan ke dalam cangkir.

Tampaknya ini juga terjadi pada jamu, setidaknya hal ini sudah bisa terlihat dari munculnya kedai jamu kekinian yang berkonsep kedai kopi. Bukan hanya "berkonsep" sama, namun juga menggunakan alat-alat seduh kopi untuk menyeduh kopi. Sebut saja V60 hingga Rokpresso. Dua alat ini biasa digunakan untuk menyeduh kopi, namun saat ini mereka juga digunakan untuk menyeduh jamu. Boleh dibilang, barangkali ini adalah bagian dari inovasi.

foto: @acaraki.jamu
Menurut Everett M. Rogers, inovasi merupakan sebuah ide, gagasan, objek, dan praktik yang dilandasi dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau pun kelompok tertentu untuk diaplikasikan atau pun diadopsi. Kemudian menurut UU Nomor 19 Tahun 2002, pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.

Hal inilah barangkali yang dilakukan oleh sebuah kedai jamu modern, Acaraki Jamu. Kedai yang sudah jalan sejak 2018 lalu ini, menyajikan jamu dengan sangat tidak biasa. Perlakuan jamu di tempat ini nyaris sama dengan perlakuan para barista kepada kopi di etalase kedai kopi spesialti. Sungguh pemandangan yang bisa dibilang, aneh tapi keren. Seolah-olah tempat ini ingin menyampaikan, bahwa mereka menginginkan: jamu naik kelas!

Kita pun patut curiga, jangan-jangan nantinya akan muncul para "jamu grader" yang bakal bisa menilai cita rasa jamu itu sendiri (hahaha). Bahkan nanti akan bermunculan kelas seduh jamu dan roasting rempah. Menakjubkan bukan.

Lalu bisakah anda membayangkan, anak-anak muda akan mulai bergairah menjadi petani rempah seperti kunyit, jahe, hingga kapulaga. Menarik menunggu hal ini terjadi, karena jamu adalah warisan nenek moyang kita yang tidak hanya bernilai secara historis dan budaya, namun juga berfaedah untuk kesehatan dan sejalan dengan cara hidup manusia abad ini yang dikepung pandemi.

Berdasarkan hasil poling salah satu media massa grup internasional, nyaris 56 persen peserta poling dari Indonesia mengaku sudah tak lagi minum jamu di tahun 2013. Barangkali hasilnya akan berbeda jika survei dilakukan pada saat ini. Dengan kondisi seperti ini, semoga saja jamu, seperti kopi di Indonesia bisa naik daun dengan momentum yang ada. 

No comments

close
pop up banner