Header Ads

Kopi Organik dan Masalahnya, Apa Benar Jadi Solusi Perubahan Iklim?

PROGRAM 1.000 desa organik diluncurkan pemerintah pada 2015 lalu. Kebun-kebun kopi pun ditarget masuk dalam program ini. Perkebunan kopi organik diprediksi bisa menjadi salah satu solusi terhadap menurunnya hasil panen akibat cuaca ekstrem, sebagai dampak perubahan iklim global. Lalu seperti apakah kopi organik itu dan apakah benar seperti itu?

HUDES
_____________________________

NASA yang merupakan Badan Antariksa Amerika Serikat membuat semacam analisa, ada sebuah anomali suhu udara dalam kurun waktu 1981 sampai 2010 lalu. Lalu pada 2016 lalu menjadi tahun terpanas selama 137 tahun belakangan. Hal ini mengakibatkan hasil pertanian menurun, karena perubahan iklim yang ekstrem, termasuk kopi.
foto: nestle
Data mencatat, pada 2017 lalu misalnya, hasil panen kopi di Indonesia jauh sekali menurun, akibat curah hujan yang cukup tinggi, hal ini bisa juga terjadi di 2020. Dengan kondisi seperti ini, petani kopi tidak bisa lagi menggunakan cara-cara seperti biasa, jika ingin bertahan. Harus ada penyesuaian dengan kondisi perubahan iklim.

Kopi Organik

Kopi organik adalah kopi yang dalam proses tanam hingga pasca panennya tidak menggunakan bahan kimia seperti pestisida, herbisida, maupun pupuk buatan. Murni dilakukan secara natural dengan bahan alami. Misalnya menggunakan pupuk kandang, urine hewani dan bahan alami lainnya.

Tidak sembarangan kebun kopi bisa disebut kebun kopi organik. Kebun kopi harus mendapatkan sertifikasi untuk bisa lolos uji sebagai penghasil kopi organik. Hal ini sebenarnya memicu perdebatan, karena biaya sertifikasi tentu tidak murah, apalagi harus diperbaharui secara periodik. Apakah petani kita mampu?

Namun kita juga tidak bisa menutup mata dari hasil perkebunan kopi organik ini. Contoh nyata dari kebun kopi organik bisa dilihat di Kampung Jongok Meluem, Kebayakan, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Di kampung ini, seorang perwira polisi bernama Ridwan mengembangkan kebun kopi organik sederhana dengan luas hanya 0,25 hektare.

Ia menggunakan pupuk kandang dan pupuk cair dari urine hewani. Hasilnya pun sesuai harapan, kopi sudah berbunga saat usianya baru setahun. Padahal normalnya, dari bibit hingga berbunga perlu waktu sekitar satu setengah tahun. Kini dari lahan 0,25 hektare itu, ia sudah bisa menghasilkan 1,5 ton green beans kopi arabika per tahun.

Program Pemerintah

PROGRAM 1.000 desa organik diluncurkan pemerintah pada 2015. Di 2019, jumlah produksi kopi diklaim meningkat dua kali lipat dari tahun 2017 di Jawa Barat.

Ini disebut sebagai salah satu solusi bagi para petani kopi di Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim yang susah ditebak. Namun ada beberapa syarat yang mungkin perlu dievaluasi kembali dalam penerapan perkebunan kopi organik.

Seperti syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa perlu hamparan pohon kopi dengan lahan 15 hektare. Serta pada awal pengembangan bisa dijalankan pada lahan dua hektar dengan 2.000 pohon kopi. Mungkin syarat ini perlu dievaluasi lagi, menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi petani kopi sendiri.

Menyiasati Perubahan Iklim

Goddard Institute for Space Studies (GISS) yang berisi para ilmuwan membeberkan data, bahwa telah terjadi peningkatan suhu global sejak tahun 1880. Angka kecepatan pemanasan ini sekitar 0,15 hingga 0,20 derajat celcius setiap satu dekade.

Pada dasarnya, memang sejak lama petani kopi di Indonesia sudah menerapkan pola organik dalam menanam kopi. Mengingat pupuk kimi juga lumayan tidak terjangkau harganya. Hanya saja belakangan kopi organik mulai digaungkan dalam menghadapi perubahan iklim.

Masalahnya adalah, sertifikasi kebun organik berbiaya mahal. Sebuah kebun kopi harus mendapat sertifikasi ini untuk bisa disebut kebun organik. Apakah ini benar-benar sebuah solusi? Mengingat sejak dulu hama karat daun telah menyerang tanaman kopi arabika Indonesia, meski sudah menggunakan pola organik.

Pengembangan kopi robusta disebut-sebut sebagai salah satu solusi ke depan. Dengan mengembangkan kopi fine robusta (berkualitas tinggi) para petani kopi bisa mengantisipasi perubahan iklim dan menurunnya hasil produks kopi arabika. Selain itu pola agroforestri dalam kebun kopi juga perlu dikembangkan lebih maksimal. (hudes)

No comments

close
pop up banner