Header Ads

Manualist, Mahlkonig EK43 dan Acaia Orion dalam Ruangan Mungil

MAHLKONIG EK43 Germany, brand grinder kelas atas dalam kasta grinder itu langsung menghegemoni ruangan minimalis bernuansa hitam dan putih yang kami kunjungi. Aroma roti panggang manis dari beans kopi yang disangrai dalam mesin roasting begitu semerbak. Jersey basket bertuliskan Jordan menambah kesan inspiratif dari ruang seduh satu ini. Di kaca depan, tertera tulisan dengan aksen putih: Manualist.

HUDES, Majalah Kopi Independen

Pagi itu cukup cerah, masuk ke dalam kawasan di Jalan Adyaksa Banjarmasin Utara ini memang punya kesan tersendiri. Kami mampir ke Manualist yang dikelola bersama oleh Bani dan Anjas. 
MAHLKONIG - Dianggap sebagai grinder terbaik saat ini.
Sesuai namanya, Manualist fokus pada seduh kopi manual. Namun tempat ini tidak mencerminkan kedai kopi manual biasa. Keseriusan terpampang jelas, mereka tidak sedang main-main. Alat kopi mereka rata-rata alat terbaik di kelasnya. 

Manualist berada pada kawasan yang sama dengan Kawai Kofie. Rimbun dan teduh, cukup membuat ketagihan berlama-lama, terutama di etalase outdoornya. "Silakan masuk," kata penyeduh di Manualist bernama Amrin sambil tersenyum, Rabu (22/7/2020).

Ia cukup terkejut, karena saat itu rupa-rupanya sedang fokus menyangrai kopi untuk stok beans espresso di Kawai Kofie, apalagi waktu itu masih lumayan pagi. Kami lihat beberapa kali ia memeriksa mesin roasting yang punya kapasitas sekitar satu kilogram itu. Sepintas alat roasting itu sepertinya adalah keluaran pabrikan William Edison. "Ada beberapa beans, dari dalam dan luar negeri, kebetulan di Manualist kami fokus seduh manual," urainya sambil menunjuk-nunjuk dua pack beans di atas meja bar.

SIMPEL - Desain ruangan yang simpel.

Kami sangat menghargai sebuah keseriuasan dalam pekerjaan, dan itu kami rasakan dalam ruangan Manualist. Bagaimanapun juga, pemilik ataupun pengelola tempat ini paham betul bagaimana mengelola dan memberikan perhatian kepada kopi. Kenapa bisa begitu? Anda bisa melihat cara mereka memperhatikan hal-hal detil, seperti berat biji kopi sebelum diseduh. Mereka tak hanya sekadar menggunakan timbangan digital, namun juga beans doser.
SERIUS - Acaia Orion Bean Doser
Di atas meja bar yang mungil itu, bukan saja hanya ada grinder Mahlkonig, namun juga ada dua Acaia Orion Bean Doser. Ya, bukan satu, tapi dua!. Harga satu Acaia Orion Bean Doser saja ada pada kisaran Rp17 juta, silakan kalikan dua. Seharga itulah mereka membeli alat untuk sekadar menjaga konsistensi dalam seduhan. Oleh karena itulah, sebelum kopi diseduh saja, bagi kami vibes yang disajikan sungguh sebuah vibes positif, yaitu keseriusan.

"Jadi beans untuk manual brew ngeroasting sendiri ya?" tanya kami
"Kalau ngeroasting ini untuk stok beans espresso," ujarnya.

Di salah satu sudut ruangan, kami juga melihat coffee screen grader. Alat ini digunakan untuk memilah biji kopi sesuai ukuran. Sehingga hasil sangraian dari segi bentuk bisa lebih homogen. Hmmm, menarik juga, sangat serius untuk tempat yang minimalis.

Pagi itu kami memilih beans Colombia Rio Paez kolaborasi dari Onyx Coffee Lab dan April Coffee Roastery and Store Kota Coepenhagen Denmark. Beans ini diroasting oleh roaster luar dan menarik hati kami untuk mencobanya. Apalagi sejak pandemi ini, kami sangat jarang mencicipi beans-beans luar yang diroasting oleh roaster luar negeri pula. 
KERAMIK - Konon gelas kerami menambah nikmat seduhan kopi.
Menggunakan dripper dari Bluebottle, kopi Colombia yang terkenal dengan bright aciddity-nya itu diseduh dan dituang dalam server yang sudah berisi es. Cuaca agak panas memang pas menenggak es kopi ala Japanese. 
MINIMALIS - Suasana depan Manualist
Tidak perlu waktu lama, sesuai standar penyeduhan, kopi pun kami coba. Emmm, benar saja, kopi ini langsung terasa manis seperti gula merah dan memberikan kesan apel serta belimbing tipis-tipis, namun yang cukup unik, ada semacam kesan "terpanggang" pada aftertaste-nya. Kami tidak tahu disebut atau didefinisikan apa (kami bukan ahli cup taster, hahaha), namun cukup enak dan unik sih. Kami jadi teringat dengan kopi Jamaican Blue Mountaint, dari sweet flavor dan agak subtle floral, entahlah. 

Kami merasa terhibur dan menyenangkan menyeruput kopi di tempat ini, apalagi ini adalah kopi luar negeri pertama yang kami seruput setelah sekian lama. Tidak mengecewakan. Hanya satu saja, aroma asap roasting kopi mulai begitu cukup kuat saat roasting mulai memasuki fase first crack di tempat ini. Paling pas memang duduk di luar, di bawah pohon rimbun setelah kopi selesai diseduh. Terima kasih Manualist, telah memberikan pengalaman menyeruput kopi yang bermakna. Good Vibes!




No comments

close
pop up banner