Header Ads

Melihat Perkembangan Kopi Kalsel di 2020

KABAR menggembirakan hadir dari Kalimantan Selatan. Sejak tiga tahun belakangan perkembangan kopi di Bumi Sultan Suriansyah cukup terlihat positif. Mulai dari hulu hingga hilir, industri kopi di daerah ini mengalami perbaikan yang cukup jauh. Seperti apa perkembangan yang dimaksud?

Perbaikan di hulu

Kualitas kopi sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelolaan di hulunya, yaitu kualitas kebun, panen, hingga proses pasca panen. Jika kualitas di hulu memang sudah baik, maka kualitas di hilir juga akan mengikuti. Perlu diketahui, sebelum tahun 2017, kualitas biji kopi mentah dari Kalsel tampak masih semerawut. Kualitasnya tidak bisa bersaing dengan biji kopi daerah daerah lain di Indonesia, apalagi di luar negeri. Meskipun jumlah panen kopi di daerah ini terus mengalami peningkatan.

foto ilustrasi: Indonesia.go.id

Mengapa bisa seperti itu, hal ini dikarenakan para petani kopi masih belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai cara panen dan proses pasca panen. Pengelolaan biji kopi mentah yang asal-asalan tentu sangat mempengaruhi kualitas. 

Mengutip data statistik perkebunan Indonesia, produksi kopi Kalimantan secara umum pada 2017 sebesar 6.835 ton (1,07 persen total produksi kopi di Indonesia). Produksi biji kopi Kalsel berdasar data Kementerian Pertanian di 2018 sudah sekitar 6.800 ton per tahun. Jumlah tersebut lebih besar dari Maluku dan Papua yang masih sekitar 2.500 ton per tahun.

Kalsel secara garis besar mempunyai biji kopi yang bisa diandalkan, seperti Robusta Pengaron, Aranio, Mataraman, Biih dan Liberika Kabupaten Tanah Laut. Sebelum 2017, kopi Kalsel yang paling dikenal adalah robusta Pengaron, setelah itu barulah kopi-kopi dari daerah lain di Kalsel mulai muncul ke permukaan. 

Dukungan pemerintah daerah juga mulai berdatangan, seperti pemberian bibit, edukasi hingga membantu pemasaran produk kopi dari Kalsel. Bahkan pada 2018 lalu kopi Liberika dari Kabupaten Tanah Laut dibawa ke festifal kopi di Finlandia. Kopi ini kemudian disebut-sebut diincar oleh para penikmat kopi di Finlandia dan mendapat skor 80 setelah proses cupping.

Semakin ke sini para pelaku industri kopi juga mulai turun tangan secara mandiri memberikan edukasi kepada petani kopi di daerah Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut. Dengan begitu hasil panen juga semakin baik, dan para petani bisa mendapatkan manfaat ekonomi lebih banyak.

Perbaikan di hilir

Setelah melewati proses panen dan pasca panen, kopi akan dikelola oleh para roaster (penyangrai kopi). Di sini juga sangat menentukan bagaimana cita rasa kopi nantinya. Karena para roaster akan mengelola biji mentah tersebut sesuai dengan tingkat sangrai yang diperlukan. 

Saat ini di Kalsel sudah mulai bermunculan para roaster, terutama di Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Barabai. Mereka juga sepertinya saling terhubung dan saling memberikan masukan. Oleh karena itu ini juga kabar baik bagi perkembangan kopi Kalsel, karena kopi Kalsel bisa diroasting oleh para roaster lokal yang tak juga kalah dengan roaster luar.

Kesadaran para pelaku industri kopi di Kalsel dengan kopi asli Kalsel juga terlihat membaik. Meskipun masih belum menjadi menu primadona pada etalase kedai, setidaknya kopi Kalsel semakin dikenal.


No comments

close
pop up banner