Header Ads

Igniting the Flame of Self-Reliance from the Timuran: Audy Gaban's Coffee Retreat

Mengelola toko kopi mungil, sembari menyangrai beberapa kilogram biji kopi dan menyesap wangi aroma kopi yang digiling adalah kegembiraan. Sebuah kemewahan, yang bisa dirasakan oleh Audy Armand yang lebih dikenal sebagai Audy Gaban dengan toko kopinya, yang ia beri nama: Timuran

Nama Timuran sungguh istimewa, sama isimewanya seperti kembali ke rumah. Sebuah filosofi yang ia pegang erat. Toko kopi yang berada di Kota Depok, Jawa Barat ini, menjadi saksi perjuangan Audy dan petualangannya di industri kopi. Selama bertahun-tahun. Namun, kembali ke meja seduh kopi manual, adalah jalan juangnya hari ini. 

HUDES | Worldwide Specialty Reading for Manual Coffee Brewers

Syam Indra Pratama, Editor in Chief

Mengapa memilih untuk fokus ke kopi filter manual? Pertanyaan ini menggelayut, karena Audy Gaban bukan orang baru di industri kopi, khususnya di Indonesia. Ia sudah mengembara dari satu coffee shop elite ke coffee shop lainnya. Dari kota Jakarta hingga ke Pulau Bali. Sudah terbiasa menggunakan mesin-mesin epsresso. Alasan utamanya, adalah melakukan sesuatu yang ia suka untuk melakukannya dari hati.

AUDY ARMAND - Di Timuran Kopi | photo: @audygaban

"Saya pribadi kalau ngopi di coffee shop lain pasti filter coffee yang saya pesan dan ya, saya menjual apa yang saya suka di Timuran dan yang istimewa dari kopi filter adalah simplicity," tuturnya kepada Hudes.

Sederhana, karena siapapun bisa melakukannya di rumah dengan dana yang tidak sebesar minuman dengan berbahan dasar espresso.

Memilih Timuran sebagai nama toko kopinya, ternyata ada hubungan erat dengan Yogyakarta. Jogja menurutnya sangat istimewa. Timuran adalah nama jalan dimana di sana adalah kampung halaman Audy.  Hampir setiap setahun sekali Audy ke Jogja untuk menengok Jogja. "Masa kecil saya cukup lama dihabiskan di sana, maka dari itu Timuran sangat memorable bagi saya pribadi," urai dia.

Hal yang menarik adalah pilihan hidupnya sebagai penyeduh di toko kopinya sendiri. Berdikari dan mandiri. Ini adalah lentera semangatnya. Ketika kita mau mengorbankan banyak hal untuk satu hal yang kita sukai sampai akhir hayat nanti. Lagipula Audy merasa bertahun tahun kerja untuk orang lain dan cukup lelah. 

photo: @audygaban

"Makanya saya lebih memilih bekerja untuk diri sendiri, dan ya komitmen saya cukup besar untuk Timuran, jadi Ketika warung sepi ya dijalanin aja, kalau warung ramai ya jangan lupa bersyukur, as simple as that," katanya.

Meski tokonya sangat minimalis, Timuran ternyata punya performa bagus di marketplace. Biji kopi hasil sangraian Audy dinilai sangat bagus dan rupanya banyak juga yang sudah menjadi langganannya.

"Mungkin performa Tokopedia sudah bisa dibilang sangat bagus saat ini, cuma di tahun tahun awal lumayan struggling, ya wajar sih ya karena namanya baru awal," terangnya.

photo: @audygaban

Kepada siapa belajar ngeroasting kopi? Untuk ini, Audy menceritakan pertama kali belajar roasting, menggunakan mesin dari  Vietnam yaitu Nordic dengan kapasitas satu kilogram. Gurunya pada waktu itu adalah Ijam yang saat itu bekerja di Harapan Djaya Coffee. Ketika Audy ada budget untuk membeli mesin roasting sendiri, akhirnya ia memutuskan untuk membeli mesin saat ini. 

"Ketika saya belajar roasting menggunakan mesin Nordic tidak ada kendala yang berat, paling hanya jadwal roasting saja yang saat itu Harapan Djaya ada jadwal tertentu untuk co-roasting, selebihnya aman," ujarnya.

Tamu yang datang ke Timuran Kopi dipandangnya sama. Egaliter. Tidak ada beda dalam menyambut tamu. Ia menganggap semua tamu itu adalah teman lama yang sudah lama tidak main ke rumah. 

photo: @audygaban

Namun, namanya tamu tetaplah manusia juga, kadang menyenangkan kadang membuat jengkel. Secara pribadi Audy lebih suka tamu yang memang suka ngobrol dan justru tidak terlalu membahas kopi. "Kecuali mereka bertanya soal kopi atau resep kopi, saya sangat terbuka akan hal tersebut," tambahnya.

Harapan Audy untuk Timuran sederhana. Adalah tetap menjadi kedai kopi yang hangat nan humble dan tetap menjadi tempat yang selalu bisa mengoneksikan antara tamu satu dan lainnya, from stranger to be friends.

Di ujung perbincangan, Audy memberikan masukan kepada Hudes. Ia berharap media ini tetap menjadi media yang jujur dan bersikap netral. Serta menjadi media pilihan setelah cikopi.com yang juga sering ia baca. "Selalu up to date dalam segalah hal yang bersinggungan dengan industri kopi, khususnya industri specialty coffee," harapnya. (h)

1 comment:

  1. A friend invited me to Timuran and after visiting, I decided to visit again.

    As a home brewer, I fancy a coffee shop were the barrister can educate you on coffee, help solve brewing problems you have at home.

    Timuran is that such place, to sip, learn and enjoy a crunchy toast.

    Gaban is such a humble and welcoming person, I observe this not from talking to him, but almost anyone I meet at the cafe has a personal connection to him.

    I will visit again, again and again.

    ReplyDelete

close
pop up banner