Header Ads

Novrin Situmorang: Mastering the Silent Art of a Hundred Cups

Mencecap ratusan kali citarasa bukan hal mudah, sungguh! Kalau tak percaya, cobalah sendiri. Tidak sampai di situ. Bagaimana kalau tidak sekadar mencecap? Perlu pula menganalisa dan menilai rasa dari kopi yang diseduh. Bayangkan, bukan satuan, puluhan lagi kawan. Ratusan cup! Dalam sehari. Bukan main. Betapa peningnya kalau tak terbiasa.

Apa ada orang yang mampu begitu? Jangan salah, ternyata ada juga rupanya yang seperti itu, Dia adalah seorang perempuan dari Medan, Sumatera Utara. Novrin Situmorang namanya.  

HUDES | Specialty Reading for Manual Coffee Brewers

Berbincang dengan Novrin rasa-rasanya seperti kawan lama saja. Tidak ada kesan resmimengalir saja seapa adanya. Saat ditanya, mengapa ia bisa sampai terjun menjadi seorang yang sungguh ahli dalam mencecap citarasa kopi, ia santai dan jujur mengatakan yang sebenarnya. Egaliter dan setara. 

NOVRIN SITUMORANG - Serius menilai aroma kopi | photo: Novrin doc.

Menurutnya, tidak lain dan tidak bukan adalah memang karena keperluan terhadap pendapatan yang lebih mencukupi pada awalnya. Bukan karena sangatlah suka dengan kopi atau berambisi pada pencapaian tertentu di jagad industri ini.

"Sejak 2012, awalnya karena kebutuhan finansial dan perlu kerjaan sejujurnya," ujarnya kepada Hudes.

Sebelum menjadi seorang Q Grader alias bersertfikasi internasional sebagai pencecap kopi, Novrin benar-benar harus belajar dari nol mengenai kopi. Anehnya lagi, ia bukanlah peminum kopi seperti yang kita kira. Sungguh tidak lazim bukan? 

Dalam gelaran Cup of Excellence | photo: @novrinsitumorang doc.

Sementara banyak yang mengaku hard coffee drinker, hingga kinipun tidak mampu menjadi seorang Q Grader. Sebuah gelar, yang jika tersemat pada seseorang, akan menjadi semacam pendekar kopi yang disegani. Itu menurut pendapat saya. Tidak usah dihiraukan kalau tak sependapat. Abaikan. 

"Bahkan sebelumnya aku sempat jadi admin sebuah gudang ekspedisi. Lalu ditawarilah oleh teman untuk menjadi coffee cupper. Dengan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya. Dari sana aku tertarik kan. Mulailah perjalananku di industri kopi ini," tuturnya sambil tertawa ringan.

"Waktu awal kerja itu sama sekali enggak ngerti kopi dan juga tidak minum kopi."

Ada sebuah kisah yang menarik dari sertifikasi Novrin sebagai seorang Q Grader. Nah kalau pembaca belum tau apa itu Q Grader, mari kita jelaskan sedikit. Enggak usah banyak-banyak. Q Grader merupakan orang yang bertanggung jawab menjalankan penelitian terhadap cita rasa kopi serta telah lulus sertifikasi dan ujian ketat dari Coffee Quality Institute (CQI) secara internasional. Begitu sederhananya.

Perempuan berjilbab ini menuturkan secara jujur, menjadi Q Grader terjadi "begitu saja" secara tidak sengaja. Itupun bukan dari kemauan diri.

Jadi ceritanya, di tahun 2014 ia ditunjuk oleh perusahaan tempat ia bekerja untuk ikut ujian sebagai Q Grader dengan biaya yang tidak murah. Tahukah kiranya biaya yang perlu dirogoh dari dalam "dompet"? tidak kurang dari Rp25 juta untuk saat ini. Sangat akan membuat dahi berkerut untuk kaum mendangmending.

"Agak drama sih, harusnya yang berangkat itu manajer aku saat itu. Kebetulan saat itu dia lagi hamil, jadi enggak bisa. Perusahaan saat itu harus punya Q Grader sebagai standar. Jadi terpaksa aku yang diajukan ikut ujian Q Grader," kenangnya mengingat saat itu.

Sebuah Drama Terjadi

Drama terjadi saat sang bos perusahaan bilang, "kamu kalau enggak lulus, harus balikin uang biaya ujian Q Grader itu." 

Hal itu membuat Novrin Goncang. Bagaimana tidak, berkelindan dan berpilin-pilin rasanya pikiran tak karuan mendengar hal itu. 

Ibarat buah simalakama dalam legenda. Tidak mau ikut, serba salah karena diwajibkan perusahaan. Eh kalau ikut bakal menanggung rugi yang tidaklah kecil kalau tidak lulus. Bukan kepalang.

"Aku shock dong. Kalau enggak lulus harus balikin duit. Gila ya aku belum belajar banyak soal kopi, grader dan lain-lainnya. Aku bilang aku enggak mau ikut," katanya.

Ternyata, itu hanyalah "gertakan" agar Novrin serius dan tidak main-main untuk ikut ujian sebagai Q Grader. Namun itu saja sudah membuat Novrin jadi kepikiran.

Memang sebelum ujian, rupanya ada semacam training juga untuk menjadi Q Grader dan kemudian mengikuti serangkaian ujian. Tidak lulus uang puluhan juta melayang.

"Akhirnya sebelum berangkat ke Jakarta, aku belajar. Tau enggak dari mana? Dari Google dan Youtube. Hahaha. Jadi ikut sertifikasi, aku lulus dan satu-satunya orang Indonesia yang lulus dari 24 peserta yang berasal dari beragam negara," ujarnya lagi. 

 

Hanya ada Lima Orang Lulus dari 24 Peserta

Dari ujian menjadi Q Grader itu cuma ada lima orang saja yang lulus termasuk Novrin. Artinya 19 orang lainnya harus menelan kecewa barangkali, sekaligus kehilangan uang yang sebegitu banyaknya karena tidak lulus. Jadi memang tidak mudah rupanya menjadi Q Grader. 

Novrin membuktikan bahwa dirinya layak dan pantas menyandang gelar itu. Buktinya ia berhasil melewati ujian sulit itu. Kalau memang tidak punya kemampuan wawasan kopi dan mencecap kopi yang sangat baik, sangat tidak mungkin bisa menjadi seorang Q Grader itu. Terutama harus mampu membedakan perbedaan rasa antara satu kopi dengan kopi lainnya. 

photo: @nsitumorang doc.

Sepulang dari kelulusan ujian dan resmi menyandang gelar sebagai CQI Q Grader, Novrin akhirnya benar-benar dipercaya oleh perusahaan tempat ia bekerja. Perusahaan ini memang fokus pada penyedia coffee beans hingga ekspor.

"Sampai sekarang aktivitas aku di industri kopi sebagai quality control, grading, cupping, sempat nge-roasting juga untuk menjag agar coffee beans kami sesuai permintaan buyer," urai Novrin.

Selain itu Novrin bersama sang suami juga mengelola coffee shop di Medan. Coffee shop itu mereka beri nama Its Dark. Ia juga aktif mengajar di Two Tiger Coffee Lab di Medan. "Ada kelas cupping, untuk basic dan intermediate," ujarnya. 

Berapa rekor mencecap terbanyak dalam sehari?

Rekor terbanyak cupping dari 2012 sampai ia diwawancara pada 2024 adalah 500 cup sehari. Ini bukan mengada-ada, benar-benar sampai 500 kali. Diulang-ulang dalam sehari. "Tidak sekaligus dalam satu meja ada 500. Jadi kalau terima kopi banyak, jadi yang dicupping juga akan sangat banyak."

photo: @novrinsitumorang doc.

Tantangan terberat adalah jika perusahaan mendapat pembeli yang agak rewel. Misalnya meminta kopi dengan micro lot specialty tertentu yang harus disiapkan. "Agak tricky, benar-benar harus sesuai dengan keinginan dan standar internasional," kata ia.

Belum lagi juga harus menyamakan persepsi tasting notes dari sample yang dikirim. Nah, kalau soal cecap mencecap kopi memang Novrin ahlinya, namun bukan berarti ia hebat dalam segala bidang di industri kopi. Itu diakuinya. 

Ia merasa, roasting kopi punya kesulitan tersendiri. Apalagi kalau untuk skala besar dan sesuai standar. Tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman saja atau perasaan. 

"Kalau ngeroasting enggak ada parameternya susah banget. Kalau perusahaan yang udah punya standar, harus ada parameter roasting yang jelas dan terukur. Terberat buat aku adalah ngeroasting," ucap Novrin.

Bagaimana sebaiknya seseorang itu memulai belajar soal rasa kopi?

"Jadi kayak kalau di kelasku itu lebih dominan kita bedain aja dulu kopi yang enak dan enggak enak. Kalau common kopi begini kalau spesialti begini. Gimana basic cupping," urainya.

Di 2020 Novrin juga memulai membuka kelasnya sendiri berupa Cupping Experience. Hingga kini sudah sampai volume 10. Itu berarti sudah ada 100-an alumni lebih. 

Konsepnya 70 persen sudah menganut pelajaran seperti di kelas Q Grader itu sendiri. Triangulation, sensory acid, green grading, cupping deffect tak ketinggalan dipelajari. Kelasnya tiga hari. Kita bisa mengalami pengalaman cupping ala Q Grader.

Sebuah Impian Sederahana: Membangun Lab Kopi Sendiri

Untuk ke depannya, di dalam lubuk hati Novrin tersimpan sebuah harapan. Sederhana saja. Ia ingin suatu saat memiliki sebuah lab sendiri dan bisa membagikan ilmunya kepada banyak orang. 

Mengajar adalah salah satu passion-nya sejak dulu. Sambil tersenyum ia mengungkapkan keinginannya itu. Sebuah lab kopi yang di dalamnya terdapat segala hal yang diperlukan untuk mengajar. Seperti mesin roasting, alat-alat seduh, perlengkapan cupping dan semua yang ada hubungannya dengan kelimuannya. "Sepertinya seru deh kalau bisa kesampaian," ujarnya. ()

No comments

close
pop up banner