Kisah Agita dari Maros, Influencer Kopi Wanita dengan Pengikut Instagram Terbesar di Indonesia
Meski lulusan perguruan tinggi jurusan teknik elektro, sekaligus ibu rumah tangga, Ade Gita Ramadhani dari Kota Maros, Sulawesi Selatan membuktikan diri mampu berkarya di bidang yang sama sekali berbeda.
Ia tercatat sebagai salah satu influencer kopi wanita Indonesia dengan pengikut terbanyak di Instagram. Hingga 18 Oktober 2024, pengikut @agitacoffee sudah menembus 111.000 pengikut.
HUDES | Worldwide specialty reading for manual coffee brewers
Wanita berjilbab ini mengaku sudah suka kopi sejak 2018. Momentum ingin mendalami kopi malah terjadi saat ia belajar cukur rambut. Bukan main, kok bisa? Apa hubungannya? Mari lanjut lagi membacanya. Sambil menyeruput kopi barangkali. He-he-he.
ADE GITA RAMADHANI | Konten kreator kopi dari Maros |
"Saat itu usai belajar cukur rambut aku diajak teman ngopi, nah setelah itu mulai suka ngopi arabika. Di 2020 mulai belajar bikin kopi dan jadi konten kreator," ujarnya kepada Hudes.
Pelan-pelan membangun akun pribadi miliknya, sekarang ia juga sudah menulis e-book dan membuka kelas kopi. Jangkauannya jangan ditanya, seluruh Indonesia bisa mengikuti kelas dan membeli bukunya.
"Kalau mengajar kelas kopi dan nulis e-book, awalnya karena keresahan oleh banyaknya pertanyaan di media sosial. Kalau ngejawab satu demi satu cape juga, akhirnya memutuskan untuk membuat kelas dan e-book," tuturnya.
Ia pun mengaku senang bisa berkarya dan membantu banyak orang untuk belajar menyeduh kopi. Namun ada pula perasaan khawatir.
Sebagai influencer dengan ratusan ribu pengikut, semua yang disampaikan dan diajarkan perlu dipertanggungjawabkan.
"Kalau dibilang senang ya senang, namun juga ada kekhawatiran juga. Karena apa yang saya ucapkan dan bagikan bisa jadi diikuti orang dan malah jadi prinsip. Jangan sampai ilmu yang sampaikan itu tidak benar atau ada kekeliruan. Ini tanggungjawab yang besar," tegas Agita.
Untuk membagi waktu, dikatakannya tidak susah namun juga tidak mudah. Awalnya ia ikut kelas belajar bikin konten. Mengalir, konsisten untuk membuat konten. Ada juga masa kesulitan membagi waktu, apalagi pasca melahirkan.
"Pasca melahirkan sempat baby blues syndrome, kecapean. Jadi ada tingkat stres-nya tersendiri. Jadi enggak selalu mulus seperti yang tampak," jelas ia.
Ia pun terus belajar bagaimana memahami apa sih yang sebenarnya ia mau. Apakah menjadi konten kreator adalah keinginan? Atau hanya menjadi seorang ibu dan istri saja. Menurutnya setiap wanita perlu menjadi dirinya sendiri, selain menjadi istri dan ibu. "Mau belajar bisnis kopi dan lainnya itu pilihan," tambahnya.
Belajar membuat kopi lalu mengajarkannya lagi ke orang lain dan mulai membangun bisnis kopi adalah cara Agita supaya tidak sibuk dengan perasaan. Mencoba mengasah terus potensi diri untuk berkembang. Menyalurkan perasaan negatif untuk sesuatu yang positif dan mungkin bisa menghasilkan pendapatan.
Saat ini, Agita juga sedang asyik-asyiknya mencoba "bertualang" dengan mobilnya. Membuat street coffee shop yang menyajikan racikan kopi hitam dan kopi susu gula aren. Ia menjadwalkan menyapa customer setiap pagi hingga siang.
Ini juga sejalan dengan personal branding dirinya sebagai wanita yang sering membagikan resep membuat racikan menu kopi di media sosial. Untuk bisa me-monetisasi keahlian ini, Agita mencoba menyajikan keahliannya membuat menu-menu kopi susu dan lainnya lewat Agita Coffee (@agitacoffee.id). Ia juga sering menyiarkan siaran langsung (live) di akun Instagram miliknya saat sedang ngebar.
"Awalnya mau menggunakan sepeda listrik, tapi aku pikir bakal perang harga. Jadi aku putuskan menggunakan apa yang ada di rumah. Kebetulan ada mobil kecil jadi aku gunakan saja untuk berjualan," urai Agita.
Menu khas Agita Coffee sendiri adalah Es Koar atau Es Kopi Aren. Pertama mempromosikan produk, Agita mengawalinya dengan menjual biang kopi. Terinspirasi dari salah satu merek kopi susu aren terkenal di Sulawesi.
Namun masalahnya, kopi susu tersebut kurang bisa disimpan dalam waktu lama. "Jadi masalah inilah yang saya beri solusi dengan menghadirkan biang (semacam espresso) es Koar. Bisa digunakan saat mau diminum, tinggal campur susu atau air," jelas dia.
Tidak harus menggunakan mobil, lanjutnya. Bagi pembaca yang ingin mencoba konsep menyajikan kopi dengan konsep street coffee bisa saja menggunakan sepeda motor, sepeda listrik maupun sepeda. Disesuaikan dengan kemampuan dan target market yang dituju.
Mengenai kultur kopi spesialti di Sulawesi Selatan, Agita merasa (khususnya di Maros) belum terlalu eksis. Namun sudah mulai berkembang, khususnya di daerah Makassar. "Tapi mungkin aku saja yang kurang banyak main ke coffeeshop deh hahaha," katanya.
Ia berpesan kepada para wanita yang juga ingin berkarya seperti dirinya, adalah tetaplah menjadi diri sendiri. Menjadi istri yang baik sekaligus menjadi ibu yang baik. Jika sudah selesai dengan diri sendiri dan keluarga, cobalah lebih berdampak kepada banyak orang.
Tidak harus punya karya yang super hebat. Sadari apa yang kita lakukan, lebih mindfull dengan apa yang ada. "Jadi seorang wanita atau istri dan ibu pun sudah luar biasa. Sadari dan lakukan apa yang kita bisa," tuturnya. (hudes)
Post a Comment